Kamis, 13 November 2014

AGAMA,SEKULARISASI,MODERNISASI


 A.       Pendahuluan
Modernisasi dan Kapitalisme jika dihubungkan dengan agama akan menjadi topik perbincangan yang sangat menarik. Bukan saja karena modernisasi dan kapitalisme cenderung diikuti oleh sekularisasi tetapi juga karena ia mereduksi peran-peran yang selama ini dimainkan oleh agama. Pengalaman masyarakat Barat telah membuktikan betapa marginal posisi agama di dalam kehidupan masyarakat ketika modernisasi dan kapitalisme mengalami masa jayanya.

           B.  Modernisasi     
   

      
Pengertian Modernisasi

                   Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kata lain modernisasi adalah suatu proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang  pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.[1]

Modernisasi Menurut PakarWilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.

J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.

Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan sosial planning.

Dapat dikesimpulkan berdasar pada tiga pendapat diatas, secara sederhana modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat dari masyaraat tradisional kemasyarakat modern dalam seluruh aspeknya.

Sejarah Modernisasi

Secara historis modernisasi berarti transformasi sosial, politik, ekonomi, kultural dan mental yang terjadi di Barat sejak abad ke- 16 dan mencapai puncak pada abad ke 19 dan 20. Modernisasi meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi, demokrasi, pengaruh kapitalisme, perkembangan individualisme dan motivasi untuk berprestasi, meningkatkan pengaruh akal dan sains serta berbagai proses lainnya.

Masyarakat Eropa Barat selama abad ke 17 dan 18 sudah mengalami serangkaian mutasi ekonomi dan politik yang mencapai titik kulminasinya pada revolusi industri di Inggris dan revolusi Prancis tahun 1789. Sejak saat itu sebuah dunia barupun tergambar di tandai dengan adanya industrialisasi, pembagian kerja dan urbanisasi berkembangnya negara, bangsa dan naik daunnya demokrasi massa. Sejajar dengan hal itu nilai-nilai barupun lahir,bahwa rasio menjadi satu-satunya penguasa yang diterima untuk ditaati oleh manusia,kebebasan dan kesetaraan dimasukkan pada hak-hak universal dalam deklarasi hak-hak asasi manusia dan warga negara. Seluruh transformasi ini membuka apa yang biasa disebut sebagai era modern. 

Syarat-Syarat Modernisasi

        Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.[2]

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun 
masyarakat.
b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu  
   lembaga atau badan tertentu.
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan 
perencanaan sosial.
                                                                                                                
Ciri – Ciri Modernisasi yang dikemukan oleh Kumar yaitu :[3]
           
1.      Individualisme. John Naisbit dan Patricia Aburdene menyebutnya dengan  istilah “ kemenangan individual” yang di maksud adalah bahwa yang memegang peran sentral dalam masyarakat yaitu individu, bukan komunitas, kelompok, suku, atau bangsa.
2.      Diferensiasi.  Artinya adalah pembagaian kerja dalam sejumlah pekerjaan yang besar. Dengan jumlah dan cakupan  pekerjaan, maka perlu diadakan spesialisasi pekerjaan, penyempitan definisi pekerjaan dan profesi, akan memerlukan keragaman,keterampilan, kecakapan, dan latihan.
3.      Rasionalitas. Artinya berperhitungan. Berfungsinya institusi dan organisasi tidak tergantung pada perseorangan. Inilah yang akhirnya memunculkan teori birokrasi dan organisasi birokrasi Weber dalam arti manajemen yang efesien.
4.      Ekonomisme. Seluruh aspek kehidupan sosial didominasi oleh aktivitas ekonomi, tujuan ekonomi, kriteria ekonomi, dan prestasi ekonomi. Masyarakat modern terutama memusatkan perhatiannya pada produksi, ditribusi, dan konsumsi barang dan jasa yang dalam hal ini, uang adalah sebagai ukuran umum dan alat tukar.
5.      Perkembangan. Modernisasi cenderung memperluas jangkauan ruang dan lingkupnya yang disebut globalisasi. Sebagaimana dikatakan oleh Gidden bahwa modernitas adalah globalisasi, artinya cenderung meliputi kawasan geografis yang makin luas dan akhirnya meliputi seluruh dunia.

Dampak Modernisasi

Dampak positif dari modernisasi antara lain adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan, kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam segala bidang, keinginan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi di sekitarnya, serta adanya sikap hidup mandiri.

Sementara beberapa di antara dampak negatif dari modernisasi adalah bercampurnya kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam satu kondisi dan saling mempengaruhi satu sama lain, baik yang baik maupun yang buruk, materialisme mendarah daging dalam tubuh masyarakat modern, merosotnya moral dan tumbuhnya berbagai bentuk kejahatan, meningkatnya rasa individualistis dan merasa tidak membutuhkan orang lain, serta adanya kebebasan seksual dan meningkatnya eksploitasi terhadap wanita. 

Tujuan modernisasi

Modernisasi di setiap negara memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan taraf hidup, terutama dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan taraf hidup di negara berkembang, maka dipilih cara yang telah ditempuh negara maju.

a. mengembangkan ilmu pengetahuan
b. mengembangkan teknologi
c. mengadakan industrialisasi
d. mengembangkan ekonomi

Hubungan  Agama Dan Modernisasi
Agama dan modernisasi sering menjadi fokus kajian para sarjana sosiologi sejak awal abad ke 18. Mereka tertarik untuk membicarakan bagaimana nasib agama ketika berhadapan dengan modernisasi yang sedang melanda semua masyarakat di dunia ini. Hampir semua sarjana sosiologi menganggap bahwa ketika agama berhadapan dengan modernisasi, ia akan tersisihkan peranannya sebagai faktor legitimasi utama dalam masyarakat, digantikan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.

Di zaman modernisasi sekarang ini, manusia di Barat sudah berhasil mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdesan intelektualnya) untuk mencapai kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat dibendung lagi akan tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir adalah sains dan teknologi sekuler. Pandangan masyarakat modern yang bertumpu pada prestasi sains dan teknologi, telah meminggirkan dimensi transendental Ilahiyah. Akibatnya, kehidupan masyarakat modern menjadi kehilangan salah satu aspeknya yang paling fundamental, yaitu asfek spiritual.


Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan) terutama Islam itu, secara pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa Islam selalu mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya. Manusia bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena manusia selalu punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi diluar dirinya (Tuhan) atau apapun bentuknya dan agama diturunkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk rasional dan spiritul.

Agama Islam datang membawa pesan universal dengan ajaran yang komprehensif menawarkan solusi dalam berbagai permasalahan kehidupan umat manusia diantaranya berupaya untuk mempertemukan kehidupan materialsitis Yahudi dan kehidupan spiritual Nasrani, menjadi kehidupan yang harmonis antara keduanya. Di bawah bimbingan Nabi Muhammad Rasulullah saw. Kaum muslimin dapat membentuk pribadinya yang utuh untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat dengan melakukan ibadah dan amal shaleh, sehingga mereka memperoleh kejayaan di segala bidang kehidupan. Islam mengajarkan kepada umatnya akan keseimbangan untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat secara bersamaan.

B.                  Sekularisasi

Pengertian Sekularisasi
Sekularisasi diartikan sebagai pemisah antara urusan negara (politik) dan urusan agama, atau pemisah antara urusan duniawi dan ukhrawi. Jadi sekularisasi adalah pembebas manusia dari agama dan metafisik artinya bahwa terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia semu, atau dari semua mitos supra-natural. Sekularisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan sosial dan politik saja, tetapi juga telah merambah ke aspek kultur, karena proses tersebut menunjukkan lenyapnya penentuan simbol-simbol integrasi kultural.
Bagi Peter L. Berger, sekularisasi adalah suatu “proses melalui mana sektor-sektor dalam masyarakat dan kebudayaan dilepaskan dari dominasi lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan”.[4]
 Sedangkan menurut Karel Dobbelaere, sekularisasi adalah suatu proses dalam masyarakat di dalam mana suatu sistem keagamaan yang transenden dan mencakup segalanya disusutkan menjadi suatu subsistem dari masyarakat yang ada bersama subsistem-subsistem lainnya. Proses ini membuat klaim-klaim tentang pencakupan segalanya itu kehilangan relevansinya. Dengan demikian, lembaga agama termarjinalisasikan dan terprivatisasi.
Dapat disimpulkan, Sekularisasi terjadi karena di dalam masyarakat telah berlangsung perubahan-perubahan struktural, yang membuat sistem besar pengelolaan atau manajemen masyarakat disubdivisikan ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil namun rasional, yang masing-masing memainkan fungsi sendiri-sendiri (ekonomi, politik, famili, pendidikan, sains). Subsistem-subsistem ini sangat terspesialisasi dan terdiferensiasi secara fungsional, dan keadaan ini telah menghasilkan organisasi-organisasi yang makin bertambah rasional.
Latar Belakang Timbulnya Sekularisasi
Suatu masyarakat adalah produk aktivitas manusia secara kolektif, dan merupakan realitas yang tidak statis, selalu berubah selaras dengan alam pikiran. Begitu pula aktivitas manusia secara individu merupakan fenomena yang dapat berpengaruh pada kolektivitasnya, bahkan secara realitas dapat memainkan peranan mengubah dunia. Artinya dalam hal ini manusia selalu dihadapkan pada konfrontasi terhadap realitas dan ia ingin selalu memperbaiki diri dan lingkungannya. Apalagi jika manusia telah dihadapkan pada kondisi yang membatasi ruang gerak aktivitas maupun kebebasan berpikirnya, maka akan muncul reaksi yang merupakan manifestasi dari akumulasi potensi untuk kemudian mendobrak apa yang telah mengekangnya.
Tidak berbeda dengan apa yang telah terjadi pada masyarakat Kristen Barat. Munculnya gerakan Protestantisme tidak lain merupakan reaksi terhadap kendali religius saat itu, yakni Dominasi Gereja Katolik yang telah mengekangnya. Perspektif semacam ini dimaksudkan untuk menyentuh sebuah potret pada masyarakat Kristen Barat, karena gambaran situasi religius itulah yang merupakan latar belakang yang telah meletakkan dasar bagi timbulnya sekularisasi. Salah seorang filsuf Kristen, Jogues Maritain telah menguraikan tentang bagaimana dunia Kristen dan dunia Barat melewati krisis gawat sebagai akibat peristiwa masa kini, yang diiringi oleh kebangkitan nalar dan empirisme serta kemajuan ilmu dan teknologi. Krisis semacam itulah yang dikatakan sebagai sekularisasi.[5]
Macam- Macam Sekularisasi
ü    Sekulariasasi Budaya
Salah satu bentuk sekularisasi yang terjadi dalam konteks budaya Indonesia adalah budaya Bali. Topeng sebagai bentuk karya seni tradisional di Bali lebih dikenal dengan sebutan lapel, dalam aktivitas berkeseniannya lebih dikenal lewat seni pertunjukan tan maupun dramatari, Keberadaan topeng dalam mayarakat sangat berkaitan erat dengan upacara-upacara keagamaan Hindu, karena kesenian dalam agama dan masyarakat.
Pergeseran dari masyarakat riligus magis ke masyarakat yang lebis bersifat sekuler. Proses sekularisasi dalam kesenian topeng terjadi, yang dahulu dianggap sakral dan hanya dapat ditarikan pada waktu-waktu tertentu atau pada hari suci sekarang sudah dapat dinikmati setiap saat. Demikian pula pada Topeng Pajegan yang dahulu sebagai pelengkap dan sarana upacara sekarang sudah dapat dipertunjukan kapan saja. Dalam pementasannya pun sering tidak lengkap yang dipentingkan adalah unsur estetis gerakan tarinya. Proses pergeseran ini tentu berlangsung sampai scat ini, dan masyarakat dalam masa transisi.
ü    Sekularisasi Agama
Hubungan yang jelas antara sekularisasi agama terjalin karena adanya dua periodesasi sekuler. Periode sekulasisasi terbagi ke dalam 2 macam periode, yaitu:
a.       Periode sekularisasi moderat
Periode sekularisasi moderat terjadi antara abad ke-17 dan ke-18. Pada periode sekularisme moderat, agama dianggap sebagai masalah individu yang tidak ada hubunganya dengan negara, tetapi meskipun demikian negara masih berkewajiban memelihara gereja, khususnya bidang upeti atau pajak. Dalam pengertian ini, dalam pemisahan antara negara dan gereja, tidak dirampas agama Masehi sebagai agama sekaligus dengan nilai-nilai yang dimilikinya, meskipun ada sebagian ajarannya ada yang diingkari, dan menuntut menundukkan ajaran-ajaran Masehi kepada akal, prinsip-prinsip alam, dan perkembanganya.
b.      Periode sekularisme ekstrem
Periode sekularisasi ekstrem berkembang pada abad 19 jika pada periode sekularisme moderat, agama masih diberi tempat dalam suatu negara, maka pada periode ekstrem, agama tidak hanya menjadi urusan pribadi, akan tetapi negara justru memusuhi agama. Begitu pula negara memusuhi orang-orang yang beragama. Peiode kedua ini, atau periode sekularisme ekstrem pada abad 19 dan 20 merupakan periode materialisme atau disebut sebagai revolusi sekuler. Dari dua periode tersebut agama bukan lagi hal yang sangat penting dan sedikit diabaikan .
Dengan mengetahui periode sekularisasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kita dapat mengetahui hubungan Sekularisasi dan masa depan Agama. Sekularisasi dalam hal ini mendudukkan agama sebagai aspek sentral dalam membicarakan dan memerikan penilaian terhadap konsep-konsep tentang sekularisasi, serta agama sebagai kacamata untuk melihat proses atau fenomena sekularisasi tersebut.
Contoh Hubungan Sekularisasi Dengan Agama
Sekularisasi memberi pelajaran berharga kepada Gereja, yakni agama yang mengusung misinya dengan mengunakan otoritas politik apalagi bersifat monolitik selalu berpeluang menjadi korup dan pada akhirnya mengalami kegagalan. Dalam sebuah dunia modern yang semakin terdiferensiasi, klaim dari otoritas manusiawi sekalipun diinspirasikan oleh ajaran yang amat luhur tampaknya akan selalu berhasil dipatahkan sekurang-kurangnya dikritik oleh otoritas lain. Sebagai contoh, kita dapat melihat gereja kita sendiri yaitu gereja HKBP. Di gereja kita saat ini, banyak pimpinan gereja yang menggunakan otoritasnya untuk mengendalikan semua sistem gereja.  Para pemimpin gereja menggunakan hak yang dia miliki dengan sesuka hatinya, hal itu sangat terlihat jelas di gereja kita saat ini. sebagai seorang pelayan kelak, hendaknyalah kita mampu menjadi seorang pelayan yang tidak otoriter.
Selain dari hal yang telah disebutkan sebelumnya, kita memahami bahwa gereja saat ini telah terpengaruh oleh modernisme dan sekularisasi kebudayaan yang pada akhirnya telah mengubah gereja HKBP. HKBP terkenal dengan gereja yang memelihara adat dan budaya dalam setiap ibadah yang dilakukan. Misalnya saja, dalam hal berpakaian. Di gereja-gereja HKBP yang berada di kota, saat ini telah mengalami kemunduran dalam cara berpakaian. Pada dasarnya hal itu adalah baik, karena zaman telah mempengaruhi bagaimana seseorang berpakaian. Akan tetapi, sangatlah tidak pantas jika seorang wanita menggunakan pakaian yang seenaknya ketika dia akan mengikuti ibadah, khusus dalam konteks gereja HKBP. Jika kita bandingkan, sangatlah berbeda cara berpakaian gereja yang berada di kota dan pedesaan. Bukan soal kualitas pakaian, akan tetapi kewajaran berpakaian. Saya sangat senang jika seorang wanita datang ke gereja layaknya sebagai seorang wanita yang mengenakan pakaian yang sopan. Bukan berarti kita menolak modernisme yang terjadi, akan tetapi kita harus dapat memilah pakaian mana yang sesuai dengan konteksnya.
Hal lain yang dapat kita refleksikan dalam gereja kita saat ini adalah pengaruh sekularisasi yang harus kita manfaatkan dengan baik. Sekularisasi jangan dianggap akan mematikan agama. sekularisasi pada dasarnya dapat membangun gereja lebih baik lagi, jika kita mampu memilah pengaruh sekularisasi tersebut. Hendaknyalah gereja dapat lebih berkembang dan mengalami pembaharuan. Sehingga gereja ada tidak hanya untuk menjadi berkat bagi anggota jemaat, tapi juga untuk setiap orang yang ada dilingkungan gereja.




C.    Kesimpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan modernisasi merupakan suatu sikap dan langkah, dimana pada awalnya segala persoalan yang dihadapi manusia dengan selalu bertumpu pada kodrat-kodrat ilahiyah, akhirnya dapat dipecahkan melalui seperangkat teknik. Dari pandangan ini, dapat diperoleh suatu batasan bahwa modernisasi bertumpu pada usaha manusia untuk menemukan teknik, sehingga melalui teknik, dunia mudah dibentuk melalui perencanaan dan teknologi.

Sekularisasi adalah salah satu manifestasi dari dampak sosio-psikologis proses modernisasi dan perkembangan kapitalisme pada segenap segmen masyarakat di dalam hampir semua negara pada dekade-dekade terakhir abad ke20















D.    Daftar Pustaka

M. Setiadi, Elly dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial  Teori, Aplikasi, Dan pemecahannya. Jakarta : Kencana. Cet. I. 2011

               Puspito, D. Hendro.Sosiologi Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Cet. I. 2006
Pardoyo.  Sekularisasi Dalam Polemik. Yogyakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Cet. I. 1993
 L Berger, Peter. Langit Suci. Jakarta: LP3ES. Cet. I. 1991
 Azyumardi Azra, Desekularisasi Dunia,dari www.republika.co.id/kolom_detail.asp.(download pada    tanggal 15 Desember 2013)






























































































E.     








[1] Elly  M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan social: teori, aplikasi, pemecahannya. ( Jakarta : Kencana, Cet. I., 2011 ) hal.670
[2] Elly  M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan social: teori, aplikasi, pemecahannya. ( Jakarta : Kencana, Cet. I., 2011 ) hal.673-674


[3] Elly  M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan social: teori, aplikasi, pemecahannya. ( Jakarta : Kencana, Cet. I., 2011 ) hal.699-700


[4] Peter L. Berger, Langit Suci, (Jakarta: LP3ES, Cet. I., 1991), hal. 128.

[5]Azyumardi Azra, Desekularisasi Dunia,dari www.republika.co.id/kolom_detail.asp.(download pada    tanggal 15 Desember 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar