Kamis, 13 November 2014

PERTENTANGAN OPOSISI

a  A.    PENDAHULUAN
Logika merupaan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, sekaligus juga sebagai dasar filsafat. Oleh karena itu, untuk berfilsafat yang baik harus dilandasi dengan logika, supaya penalarannya logis dan kritis disamping itu, logika juga sebagai sarana ilmu sama halnya dengan matemetika dan statistik karena semua ilmu harus didukung oleh penalaran logis dan sistematis yang merupakan salah satu syarat sifat ilmiah.
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mempelajari logika, antara lain mempertinggi kemampuan untuk menyatakan gagasan secara jelas dan berbobot, meningkatan ketrampilan menyusun definisi atas term dan kata-kata, serta memperluas kemampuan untuk merumuskan argumentasi dan memberikan analisis secara kritis.  

B.     PERTENTANGAN  (OPOSISI)
Pertentangan atau proposisi yang dalam bahasa ilmu mantiq biasa disebut tanaqud adalah hubungan dua proposisi yang sama tetapi berbeda kualitas atau kaifiyah dan kuantitas atau kammiyah-nya.
Proposisi itu diterapkan ke dalam proposisi :
1.      Universal afirmatif (proposisi A).
2.      Universal negative (proposisi E).
3.      Particular positif (proposisi I).
4.      Particular negative (proposisi O).[1]
a.       Oposisi subalternasi (A-I-E-O)
Proposisi-proposisi subaltern terdapat antara dua proposisi yang memiliki term subjek dan term predikat yang sama dan kualitas yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas. Relasi antara proposisi-proposisi subaltern disebut subalternasi. Proposisi A dan I adalah subaltern-subaltern afirmatif, dan E dan O adalaha subaltern-subaltern negative. Subaltern universal disebut subalternant dan subaltern particular disebut subalternate.
Hukum-hukum subalternasi adalah sebagai berikut :
1.      Jika A benar, maka I pun benar.
2.      Jika I benar, belum tentu A benar.
3.      Jika E benar, O pun benar.
4.      Jika O benar, belum tentu E benar.
Contoh :
 Jika pernyataan “sebagian pejabat adalah politikus”, dinyatakan benar, maka pernyataan “semua pejabat adalah politikus” bisa benar dan juga bisa salah.
Jika “semua pegawai tidak mendapat THR” dinyatakan benar, maka pernyataan “sebagian pegawai tidak mendapat THR” juga benar.
b.      Oposisi kontrari (A-E)
Oposisi kontraris terjadi antara dua proposisi yang memiliki term subjek dann term predikat yang sama tetapi berbeda dalam kualitas. Relasi antara kedua proposisi itu disebut kontraritas. Ada dua hukum kontraritas.
1.      Jika proposisi yang satu benar, proposisi yang lain harus salah. Tidak dapat keduanya sama-sama benar.
2.      Jika proposisi yang satu salah, proposisi yang lain bisa salah, bisa benar. Ada kemungkinan keduanya ssama-sama salah.
Andaikan bahwa ada sekurang-kurangnya satu anggota kelas yang dimaksud oleh term subjek mereka, tidaklah mungkin kedua proposisi ini sama-sama benar meskipun keduanya dapat sama-sama salah. Misalnya, “semua bunga adalah objek-objek yang berwarna” dan “tidak ada bunga adalah objek-objek yang berwarna” adalah kontraris. Jika ada bunga, maka entah semua bunga adalah berwarna (yang membuat A benar dan E salah) entah tidakk ada bunga yang berwarna (yang membuat E benar dan A slah) atau beberapa bunga berwarna dan beberapa tidak berwarna (yang membuat baik A maupun E salah).
Oposisi proposisi kontraris dapat diringkas sebagai berikut :
1.      Jika A benar, E salah.
2.      Jika E benar, A salah.
3.      Jika A salah, E tidak pasti (E bisa benar, bisa salah)
4.      Jika E salah, A tidak pasti (A bisa benar, bisa salah).
c.       Hukum-hukum Subkontraritas
Oposisi subkontraritas terdapat diantara dua proposisi particular yang memiliki term subjek dan term predikat yang sama tetapi berbeda dalam kualitas. Relasi oposisional antara proposisi subkontraris disebut subkontraritas.
Hukum-hukum subontraritas adalah sebagai berikut :
1.      Kedua proposisi subkontraris tidak dapat sama-sama salah. Jika proposisi yang satu salah, proposisi yang lain tentu benar.
2.      Kedua proposisi subkontaris bisa sama-sama benar. Jika proposisi yang satu benar, proposisi yang lain bisa benar, bisa salah. Ada kemungkinan keduanya sama-sama benar.
Contoh :
Beberapa pakar logika adalah professor dan beberapa pakar logika bukan professor adalah subkontraris. Jika sekurang-kurangnya satu dari mereka adalah seorang professor, maka I benar. Jika sekurang-kurangnya satu dari mereka bukan seorang professor, maka O benar, atau jika beberapa dari mereka professor dan beberapa dari mereka bukan professor, maka baik I maupun O benar.
Hukum-hukum oposisi subkontraris dapat diringkas sebagai berikut :
1.      Jika I salah, maka O benar.
2.      Jika O salah, maka I benar.
3.      Jika I benar, maka O tidak pasti (O bisa benar, bisa salah).
4.      Jika O benar, maka I tidak pasti (I bisa benar, bisa salah).
d.      Hukum hukum kontradiksi (A-O;E-I)
Oposisi kontradiktoris terjadi antara proposisi-proposisi yang memiliki term subjeck dan term predikat yang sama tetapi berbeda baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas relasi antara dua proposisi kontradiktoris disebut kontradiksi. Oleh karena itu,  A dan O, E dan I adalah kontraditoris. Kontradiksi adalah suatu contoh eksklusi total. Relasi antara keduanya adalah relasi saling meniadakan.
      Ada dua hukum kontradiksi
1.      Proposisi-proposisi kontraditoris tida dapat sama-sama benar. Jika proposisi yang satu benar, proposisi yang lain pasti salah.
2.      Proposisi-proposisi kontradiktoris  tidak dapat sama-sama salah. Jika proposisi yang satu salah, proposisi yang lain pasti benar.

Kedua hukum kontradiksi itu dapat diringkas sebagai berikut:
1.      Jika A benar, O salah.
2.      Jika E benar, I salah.
3.      Jika I benar, E salah.
4.      Jika O benar, A salah.
5.      Jika A salah, O benar.
6.      Jika E salah, I benar.
7.      Jika I salah, E benar.
8.      Jika O salah, A benar.
Contoh kontraditoris antara proposisi A dan proposisi O, semua anggota DPR adalah politisi dan beberapa anggota DPR bukan politisi. Jika proposisi A : semua anggota DPR adalah politisi benar, maka proposisi O : beberapa anggota DPR bukan politisi tentu salah. Jika proposisi O benar, maka proposisi A tentu salah. Demikian juga halnya kontradiktoris antara E dan I.

C. DAFTAR PUSTAKA
Mara, Rafael Raga. Pengantar Logika. Jakarta : PT Grasindo. 2007.
Surajiyo, dkk. Dasar-Dasar Logika, Jakarta : Bumi Aksara. 2010.




[1] Dr. Khalimi, MA, Logika : Teori dan Aplikasi, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011, hal 111-112.

1 komentar:

  1. untuk foodnote yang ke 2 tolong diperbaiki, karena referensinya berjumlah 2, tolong diperbaiki kembali ya,, thanks..

    BalasHapus