A. PENDAHULUAN
Kitab Tafsir al-Qur’an dimanapun adanya selalu memberi
kontribusi lebih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban, termasuk
di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan al-Qur’an merupakan ruh kehidupan
masyarakat muslim-disamping ia sebagai sumber ajaran. Al-Qur’an tak dapat lepas
dari kehidupan. Maka kodifikasi Tafsir al-Qur’an menjadi amatlah penting. Abdul
Rauf Singkily, ulama asal Aceh ini telah menulis Kitab Tafsir al-Qur’an bernama
Tarjumân al-Mustafîd pada pertengahan kedua abad ke-17 M yang merupakan naskah
pertama Tafsir al-Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu. Ia diplot sebagai
perintis penyusunan kitab tafsir dalam bahasa melayu.
Sebagai putra bangsa sangatlah penting untuk mempelajari,
mengkaji, mendalami serta menggali lebih lagi literatur tafsir indonesia, yang
dalam kesempatan kali ini penulis mengetengahkan kitab Tarjumân al-Mustafîd karya
Abdul Rauf Singkily. Mengingat, siapa lagi yang akan melestarikan
kekayaan ilmiah nusantara kalau bukan kita sendiri. Sebab, bila tidak terus
dikaji dan digali, bisa saja ia tenggelam dalam kehidupan dan terkubur dalam
peti mati sejarah yang panjang.
Sepanjang penelusuran penulis, cukup banyak orang yang
telah membahas kitab ini. Diantara yang pernah membahasnya adalah Peter Riddell
dalam bukunya yang berjudul “Tafsir Klasik di Indonesia (Studi tentang Tarjuman
al-Mustafid karya Abdurrauf Singkily)” dalam Mimbar Agama dan Budaya, Dr. Mafri Amir,
MA[1]
dalam bukunya yang berjudul “Literatur Tafsir Indonesia”, Ahmad Zaini[2]
dalam skripsinya yang berjudul “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid
Karya Abd Al-Rauf Singkel : Analisis terhadap Sumber, Metode dan Corak Tafsir
Tarjuman al-Mustafid”, dll.
Paparan yang
ada dalam makalah ini adalah kajian beberapa aspek kitab Tarjumân al-Mustafîd yang dimulai dari profil mufasir, data-data filologis, jenis penafsiran (nau’
al-tafsîr), corak penafsiran (laun al-tafsîr), metode penafsiran (thorîqat
al-tafsîr), teknik penyajiannya (manhaj al-tafsîr), sampai ciri khas
(ikhtishâsh al-tafsîr) dari kitab ini.
B. PROFIL ABD AL-RAUF SINGKEL
Nama lengkap Abd al-Rauf Singkel adalah Abd al-Rauf bin Ali al- Jawi
al-Fansuri al-Sinkili.[3] Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah
Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala). Ia adalah salah satu
diantara empat ulama Aceh yang terkenal, tiga diantaranya adalah Hamzah
Fansury, Syamsudin al-Sumatrani dan Nur al-Din al-Maniri .[4] Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi menurut Hipotesis Rinkes, Abd al-Rauf al-Singkeldilahirkansekitartahun
1615 M.[5]
Menurut Hasjmi, ayah abd al-Rauf Singkel adalah kakak
laki-laki dari Hamzah Fansuri. Namun mengenai hal ini Azra tidak meyakini abd
al-Rauf al-Singkel keponakan Hamzah al-Fansuri, karena tidak ada indikasi yang
mendukung hal ini. Menurutnya, ada kemungkinan ayah Abd
al-Rauf Singkel bukan
orang Melayu.[6] Berbeda dengan Daly, ia mengatakan bahwa ayah Abd
al-Rauf al-singkel adalah seorang Arab yang telah menikahi seorang wanita
Fansur yang bertempat tinggal di Sengkel.
Mengenai latar belakang pendidikannya, tampaknya Abd
al-Rauf Singkel telah belajar agama di tanah kelahirannya, terutama pada
ayahnya hingga kurang lebih sekitar 1642 M. Lalu ia mengembara ketanah Arab. Adapun mengenai pengelaman menuntut
ilmu, Abd al-Rauf sama dengan mufasir lainnya, dalam menuntut ilmu dia
berpindah dari satu tempat ketempat yang lainnya, dari seorang guru ke guru
yang lainnya.[7]
Abd al-Rauf Singkel pernah belajar diberbagai tempat sepanjang jalur perjalan
haji dari Dhuha (Doha) di wilayah teluk Persia, Yaman, Jedda fan akhirnya di
Mekkah dan Madinah.Ia memulai studinya di Dhiha, Qatar disini dia belajar
dengan Abd al-Qodir al-Mawir.[8]Setelah
itu ia lanjutkan ke yaman,Jeddah, Mekah dan terakhir perjalanan Abd al-Raul
dalam menuntut ilmu adalah dikota Madina, dikota inilah ia merasa puas karena
ia akhirnya menyelesaikan pelajarannya.Dengan bekal ilmu pengetahuan yang
cukup, ia terjun kemasyarakat sebagai guru dan mubalig, ia mendirikan lembaga
pendidikan (Surau, pesantren) dimuara sungai Aceh agar mudah berhubungan dengan
masyarakat mendalam dan berhubungan dengan daerah-daerah serta jaringan luar
negri melalui laut.
Karena keluasan ilmunya, ia mudah dikenal.
Masyarakatpun cepat terpengaruh karena kesalehannya, hal tersebut berpengaruh
positif. Sebagai ulama besar di negaranya ia dapat simpati di hati rakyat,
sebagai guru ia adalah tempat bertanya dalam masalah-masalah keagamaan, sabagi
mubalig dan sufi, segala petunjuk dan fatwanya dapat diterima, sebagai seorang
hakim keputusannya selalu didengar karena adil dan benar, sebagai seorang sufi
ia laksana literal. Pembimbing keimanan dan keyakinan rakyat kepada jalan yang
benar menurut sunnah. Kududukan yang demikian itu membuat Abd al-Rauf lebih
dekat dengan rakyat dan pemerintah.Abd al-Rauf sering yang berjasa besar dalam
membina dan mengembangkan ilmu pemgetahuan di Aceh. Pada tahun 1693 M, Abd
al-Rauf Singkel pulang kerahmatullah, setelah berjuang dengan segala tenagah
dan pikiran untuk memajukan Islam, bangsa dan Negara selama kurang lebih 22
tahun, ia dimakamkan dekat muara sungai Aceh, sesudah beliau meninggal,
masyarakat memanggil namanya dengan “Syaikh Kula”.[9]
Guru-guru Abd al-Rauf Singkel, diantaranya:
Amin bin al-Shadiq Mijazi, Muhammad al-Qusyasyi dan Abd
Allah bin Muhammad al-Adani, Ibrahim al-Kurani, dll.
Karya-karya Abd al-Rauf Singkel
Abd al-Rauf Singkel adalah seorang penulis yang prolitik,
ia telah menghasilkan berbagai karya yang menyangkut berbagai bidang ilmu
keagamaan, antara lain fqih, tafsir, kalam, dan tasawuf yang ditulis dalam
bahasa Arab maupun bahasa Malayu[10].
Abd al-Rauf tulisan dalam kitabnya lebih menggunakan
bahasa Arab karena ia menyadari bahwa bahasa Melayunya kurang bagus. Karena
itu, dia dibantu dua guru bahasa Malayu untuk menulis karya-karyanya dalam
bahasa Melayu Sumatra, atau seperti dikatakan dalam Lisan al-Jawiyyah
al-Sumatra’iyyah.[11] Abd al- Rauf Singkel seperti gurunnya, al-kurani,
menunjukan bahwa tujuan utamanya adalah rekonsiliasi antara syariat dan tasawuf
atau dalam istilah sendiri, antara ilm Zahir dan ilm Batin, karena itu
ajaran-ajaran yang diusahakan untuk disebarkan diwilayah Melayu-Indonesia
adalah ajaran –ajaran yang termasuk dalam neo-sufisme.
Bidang fisiska dan ilmu lainnya
·
Bayan
al-arkan (Penjelasan rukun-rukun, Bahasa Malayu)
·
Bidayah
al-Baligah (permulaan yang sempurna, Bahasa Malayu)
·
Majmul
al-Masa’il (kumpulan masalah, Bahasa Malayu). Kitab ini berisis Tasawuf,
seabagian isinya membicarakan aneka ragam pelajaran dan keagamaan yang
menyangkut kehidupan beragama. Dll
Di bidang Tasawuf
·
Bayan Agmad al-Masa’il wa al-sifat a- Wajibah li rabb al-Ard wa al- Samawat
( penjelasan tentang masalah –masalah tersembunyi dan sifat-sifat wajiab bagi
Tuhan, penguasa langit dan bumi, Bahasa Malayu).
·
Bayan
Tajalli (penjelasan tajali, Bahasa Malayu). Penjelasan Abd al-Rauf Singkel
engenai dzikir utama yang dibaca di kala skarat al-maut sebagai jawabat atas
pertanyaan yang dikatakan orang-orang terhormat.[12]
Di bidang Tafsir
·
Tajuman
al-Mustafid bi al-Jawiyy, tafsi ini merupakan tafsir pertama di dunai Islam
dalam bahasa Malayu, dll.
Di bidang Hadis
·
Syarah
Latif’ Ala Arbai Hadisan li al-Imam al-Nabawiyy (penjelasan terperinci atas
kita empat puluh hadis karangan imam Nawabi, Bahasa Malayu). Kitab ini
berisikan hadis-hadis yang menyangkut kewajiaban-kewajiban dasar praktis kaum
muslim,[13]dll.
Sekali
lagi, pemilihan Abd al-Rauf Singkel atas
karya ini mencerminkan perhatian yang sungguh besar terhadap kaum muslim yang
masih awam, dengan kata lain ia hanya ingin engajak mereka menuju kepada
pemahaman yang lebih baik atas ajaran-ajaran Islam.
C.
TELAAH METODOLOGIS
Sebelum membahas telaah metodologis dari kitab
Tarjumân al-Mustafîd, ada baiknya kita membahas sejarah dan latar belakang
penulisan kitab tersebut.
Sejarah dan Latar Belakang Penulisan Kitab Tarjumân
al-Mustafîd
Tafsir ini, menurut Hasjmi, disusun pada masa
pemerintahan Safiatuddin.[14]
Penyusunan tafsir ini lebih berkaitan dengan inisiatif dan usaha Abd al-Rauf
sendiri dan bukan atas permintaan Sultanah Safiatuddin. Karena (sebagai seorang
pendidik) Abd al-Rauf ingin mengajarkan ajaran-ajaran al-Qur’an (: Islam)
kepada masyarakat.[15]
1. Sumber Tafsir Tarjuman al-Mustafid karya Abd al-Rauf Singkel
Ketika menganalisa penafsiran al-Qur’an yang
digunakan Abd al-Rauf Singkel dalam tafsirnya Tarjuman al-Mustafid. Mengenai
sumber penafsiran dapat dinyatakan bahwa tafsir Tarjuman al-Mustafid dapat
digilongkan pada tafsir bi al-Ra’yi, ada dua pendekatan yang digunakan dalam
m,enafsirkan Tarjuman al-Mustafid. Yang pertama sumber penafsiran yang
digunakan adalah ijtihad, hal ini terlihat ketika ia menafsirkan sural al- Tahrim ayat 11 “Abd Rauf mengatakan bahwa
orang yang percaya denga nabi Musa as. Akan disiksa dengan dilubangi kedua
tangannya dan kakinya dan ditindih dengan batuh yang besar serta dibuang
kedalam panas matahari. Maka oaring yang menyiksa tersebut akan dibalas oleh
malaikat.”Yang kedua adalah melalui melalui kutipan dari para ulama. Hal ini sangat mudah ditemui
dalam Tarjuman al-Mustafid, biasanya ia menggunakan kata “Fadilah, kata
mufassir, kisah dan faedah”. Kata-kata tersebut biasanya menggunakan kurung kerawal
( ), terutama pada “kata mufasir, kisah
dan faedah”.
Dengan demikian, penafsiran yang disertai dengan
merujukan kepada al-Qur’an dan hadis serta di dukung dengan mengkutip pendapat
para ulama yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahaannya, maka tafsir
Tarjuman al-Mustafid dapat dikelompokkan kedalam tafsir bi al-Ra’yi.
Adapun ulama yang sering dikutip oleh Abd al-Rauf Singkel
sebagai sumber penafsiran tafsir Tarjuman al- Mustafid adalah al-Khazim,
al-Baidhawi, al-Baghawi dan kitab Manafi al-Qur’an.
2. Data-data Filologis
Kondisi fisik Tarjumân al-Mustafîd di perpustakaan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
1.
Cover: warna hijau
2.
Jumlah kitab: 1
3.
Jumlah jilid: 1
4.
Kondisi kitab: baik
5.
Bentuk: al-Qur’an ditengah dengan halamannya dan dijadikan 2 juz
6.
Penerbit: Dâr al-Fikr, Beirut
7.
Tahun terbit: 1410 H/1990 M
8.
Tulisan cover:
القران الكريم و بهامشه ترجمان المستفيد و هو الترجمة
الجاوية للتفسير المسمى انوار التنزيل و اسرار التأويل للامام القاضى ناصر الدين
ابي سعيد عبد الله بن عمر بن محمد الشيرازي البيضاوي بقلم عبد الرؤوف الجاوي
9. Muhaqqiq dan musahhih: Ahmad Fathoni,
Idris Kelantany, dan Daud Fathany
10. Halaman belakang: terdapat doa Khotm
al-Qur’ân
11. Daftar isi: akhir juz pertama dan akhir
juz kedua
3. Metode tafsir Tarjuman
al-Mustafid
Mengenai metode penafsiran, Abd al-Rauf Singkel
menggunakan metode ijmali, yaitu dengan menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur’an
secara global.Hal tersebut kita dapat melihat ketika beliau menafsirkan surah
al-Falaq dan surah an-Nas.
Dalam penafsiran surah al-Falaq, Abd al-Rauf Singkel sebelumnya menjelaskan letak turunya al-Falaq
di Mekah dan Madinah, menjelaskan jumlah bilangan ayat, fadilah membaca suraj
al-Falaq ia juga menampilkan asbab al-Nuzul, dan didlam penafsiran surah al-Falaq
terlihat ia menafsirkan secara ijtimali (global).
Contoh penafsiran QS al-Nas
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ مَلِكِ ٱلنَّاسِ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ مِن شَرِّ
ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ مِنَ
ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
“Katakanlah: "Aku
berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.
Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia.
Dalam penafsiran surah al-Nas Abd al-Rauf Singkel
sebelumnya mengungkapkan letak turun surah al-Nas di Mekah dan Madinah,
menjelaskan jumlah bilangan ayat, fadialah membacanya.Dikutip dari tafsir
al-Baidawi.Di samping itu ketika menafsirkan surah al-Nas terlihat bahwa Abd
al-Rauf Singkel tidak lebih hanya menerjemahkan saja kedalam Bahasa
Malayu.Dengan dasar pertimbangan tersebut maka tidak salah lagi bahwa metode
yang digunakan oleh Abd al-Rauf Singket adalah menggunakan metode ijmali.Ia
menggunakan metode ini karena ingin menyajikan secara lengkap dengan
mengungkapkan secara singkat, padat dan bahasa yang mudah diahami. Disisi lain,
ia hnay menerjemahkan ayat-ayat al-Qur’an saja, hal tersebut dilakuakn dengan
tujuan agar tafsir ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat awam. Selain
itu, Tarjuman al-Mustafid berupaya secara cepat untuk memperkokoh landasan
syari’at dikalangan masyarakat awam sebelum mereka diberi pengetahuan tentang
pemahaman yang lebih jauh.
4. Corak tafsir Tarjuman al-Mustafid
Corak yang digunakan Abd al-Rauf Singkel dalam
kitabnya Tarjuman al-Mustafid adalah corak ijtima’ atau kemasyarakatan.
Diantara contoh yang dapat dikemukakan adalah mengenai pengharaman memakan
bagkai, darah, daging babi dan hewan yang disembeli tanpa menyebut nama Allah.
Disamping itu ia menyatakan bahwa orang yang memakan barabg tersebut dalam
keadaan darurat, maka ia masih dalam keadaan Islam dan tidak ada dosa baginya.
Adb al-Rauf Singket menulis pendapatnya tersebut dalam tafsir sebagai berikut
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembeli) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya maka ia
tidak keluar sari Islam) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak
(pula)melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya, sesungguhnya Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.
Hanya yang telah mengharamkan atas kamu memakan
bangkai dan darah dan daging babi dan barang yang disembeli atas yang lain dari
pada nama Allah SWT. Maka barang siapa membawa ia darurat kepada memakan
sesuatu dari pada segalah tersebut itu, maka dimakannya ia pada halnya tiada
keluar atas segalag Islam dan tiada ia memalui had mereka itu. Maka tiada dosa atas pemakan. Bahwasannya
Allah ta’ala yang amat mengampuni bagi segala awliyahnnya lagi mengasihani ia
akan segala orang yang berbuat taat.[16]
Uraian diatas merupakan solusi yang ditawarkan Abd
al-Rauf Singkel terhadap masyarakat yang ketika itu dalam keadaan terpaksa
memakan barang-barang tersebut, maka tidaklah mereka keluar dari Islam dan
berdosa, asal jangan melampaui batas (had) yang telah ditentukan.
Dalam mengangkat masalah ini dalam tafsirnya, tampah
bahwa Abd al-Rauf Singkel ingin memberikan sumbangan pemikirannya walaupun
pendapat yang dikemukakannya itu sangat ringkas sekali.Mungkin inilah salah
sayu kelebihan dari tafsir ini yang hanya menyajikan penafsiran yang ringkas,
padat dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Lebih jauh ia ingin berupaya
secara cepat memperkokohkan landasan syari’ah dikalangan masyarakat awam
sebelum mereka diberi pengetahuan yang lebih jauh.
5. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tarjuman
al-Mustafid
Kelebihannya
diantaranya:
1.
Penjelaskan
tueunnya surah
2.
Menyajikan
jumlah bilangan ayat
3.
Menyampaikan
tentang fadilah pembaca surah dalam al-Qur’an
4.
Menampilkan
kisah atau Asbab al-Nuzul dari hadis Nabi saw sebagai pendukung ketika ia
menafsirkan
5.
Ikhtilaf
Qori dalam bacaan disajikan dengan mengutip para ulama dari ahli Qira’at.
6. Tafsirnya yang singkat, padat dan bahasa
yang mudah dipahami, sehingga mendapat perhatian khusus para ulama
Kekurangan diantaranya:
1.
Tidak
menampilkan sanad dan matan hadis pada fadilah pembaca tersebut yang dikutip
oleh tafsir al-Baidawi dan Manafi al-Qur’an sebagai pendukung Tarjuman
al-Mustafid
2.
Tidak
menampilkan sanad dan matan hadis pada kidah atau asbab al-anuzul
3.
Tafsir
yang singkat tidak memberikan wawasan yang luas terhadap pemikiran lebih jauh
tentang kandunga al-Qur’an
4.
Tafsir
Tarjuman al-Mustafid tanpa penambahan yang dilakukan oleh muridnya (Daud Rumi)
hanya terjemahan dari tafsir Jalalain. Hal tersebut, merupakan kebekuan
pemikiran dan hilangnya kreativitas keintelektualan Abd al-Rauf Singkel[17]
D.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa;
1. Tafsir Tarjuman al-Mustafid merupakan
tafsir tertua di Indonesia.
2. Al-Sikily lebih cenderung menerjemahkan
perkata dalam tafsirnya. Namun tidak terlepas dari persoalan kehidupan yang
terjadi di masyarakat.
DAFTAR ISI
Amir,
Mafri. Literatur Taf sir Indonesia.
Tangerang Selatan: CV. Sejahtera Kita, 2013.
Azra,
Azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1999.
Faturahman,
Oman. Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abd Rauf Singkel di Aceh Abad 17. Bandung: Mizan, 1990.
Hasjmi, A. 59 Tahun Aceh Merdeka di Bawah Pemerintahan Para Ratu.
Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Singkel, Abd al-Rauf. Al-Qur’an al-Karîm Wa Bihâmisyi Tarjuman
al-Mustafîd. Beirut: Dâr al-Fikr, 1990.
Zaini, Ahmad. “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd Al-Rauf Singkel : Analisis terhadap Sumber, Metode dan Corak Tafsir Tarjuman al-Mustafid.”
Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
[3] Oman Faturahman,
Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abd Rauf Singkel di Aceh Abad 17 (Bandung: Mizan, 1990), h. 25.
[4] Ahmad Zaini, “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd Al-Rauf Singkel : Analisis
terhadap Sumber, Metode dan Corak Tafsir Tarjuman al-Mustafid,” (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008), h. 32.
[7] Azyumardi Azra.
Renaisans Islam Asia Tenggara:sejarah wacana dan kekuasaan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1999), h.133.
[8]Azra jaringan ulama, h
232-234
[9]Daly, hokum nikah, h
[11]Azra jaringan ulama, h
254
[12]Daly, hokum nikah, h
33
[14] A. Hasjmi,
“59 Tahun Aceh Merdeka di Bawah Pemerintahan Para Ratu,” dalam Mafri Amir, ed.,
Literatur Tafsir Indonesia (Tangerang Selatan: CV. Sejahtera Kita,
2013), h. 14.
[16]Singkel Tarjuman. H.
27
[17] Zaini, “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd Al-Rauf
Singkel : Analisis terhadap Sumber, Metode dan Corak Tafsir Tarjuman al-Mustafid,” h. 124-125.
kepad kak Rois Safitri, makasih atas makalah ini, sungguh sangat membantu saya dalam mengerjakan dan atau menyelesaikan tugas yang sama yaitu Tafsir Tarjuman karya syekh Abdurrouf al-Singkly.
BalasHapussalam buat kak Rois Sfitri semoga selalu sehat.
Saya --> Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dimana ya untuk mendapatkan kitab tafsir tarjuman al mustafid?
BalasHapus
BalasHapusDimana menjual kitabnya di daerah kota Medan ya??
Apakah ada kitabnya?
BalasHapus